, ,

Masih Berduka, Gubernur Anung Imbau Warga Jakarta Jaga Kondusivitas

oleh -1886 Dilihat

Jakarta Berduka, Jakarta Bangkit: Gubernur Anung Imbau Warga Jaga Kondusivitas dan Fasilitas Umum Usai Demo Ricuh

Jangkauan Jakarta Pusat– Masih menyisakan luka. Bau asap membakar dan coretan-coretan di dinding jalanan ibukota menjadi saksi bisu dari gelombang demonstrasi besar-besaran yang berujung pada kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan. Di tengah suasana duka dan tegang, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengeluarkan seruan yang menggedor kesadaran kolektif: “Mari jaga Jakarta, jaga suasana kondusif, dan sampaikan aspirasi dengan cara-cara yang aman, damai, dan tertib.”

Imbauan ini disampaikan melalui Staf Khusus Gubernur Bidang Komunikasi Publik dan Sosial, Chico Hakim, pada Minggu (31/8/2025), menandai sebuah momen krusial bagi ibukota untuk bernapas, merawat diri, dan bangkit kembali.

Duka di Balik Kericuhan: Sebuah Titik Didih yang Meledak

Aksi unjuk rasa yang dimulai Jumat (29/8) dan berlanjut hingga Sabtu (30/8) dini hari bukanlah peristiwa yang terjadi dalam ruang hampa. Gelombang kemarahan massa ini dipicu oleh tragedi memilukan: tewasnya Affan Kurniawan (21), seorang pengemudi ojek online yang dilindas mobil taktis Brimob saat bentrokan di Pejompongan, Jakarta Pusat, pada Kamis (28/8) malam.

Masih Berduka, Gubernur Anung Imbau Warga Jakarta Jaga Kondusivitas
Masih Berduka, Gubernur Anung Imbau Warga Jakarta Jaga Kondusivitas

Baca Juga: Suasana tenang dan terkendali, Pemerintah buka ruang dialog sembari jamin keamanan ibukota

Kematian Affan menjadi simbol dan pemicu akhir dari akumulasi ketegangan dan kekecewaan yang telah lama mendidih. Rasa duka dan solidaritas yang mendalam dengan cepat berubah menjadi amuk massa yang sulit dikendalikan. Aspirasi yang sah, yang seharusnya disuarakan sebagai kritik konstruktif, akhirnya terdistorsi oleh aksi-aksi destruktif segelintir oknum.

Fasilitas Umum Jadi Korban, Rakyat Kecil yang Merasa

Dampak dari kerusuhan tersebut terlihat nyata dan menyakitkan. Tujuh halte Transjakarta, simbol transportasi modern dan demokratis bagi warga Jakarta, hangus dibakar. Halte-halte seperti Bundaran Senayan, Pemuda Pramuka, dan Polda Metro Jaya, yang sehari-hari menjadi tempat singgah bagi puluhan ribu pekerja, pelajar, dan masyarakat biasa, kini hanya tinggal puing-puing besi yang hangus.

“Hal ini konsisten dilakukan sebagai upaya pengambilan keputusan tercepat terkait kebijakan layanan dan operasional Transjakarta,” ujar Ayu Wardhani, Kepala Departemen Humas dan CSR Transjakarta, menjelaskan mengapa seluruh layanan terpaksa dihentikan. Keputusan ini bukan tanpa alasan. Keamanan penumpang dan pengemudi adalah yang utama. Namun, konsekuensinya dirasakan oleh jutaan warga yang menggantungkan mobilitasnya pada layanan tersebut.

Yang lebih memprihatinkan, amuk massa tidak hanya berhenti di fasilitas publik. Sejumlah kediaman pribadi pejabat, seperti Ahmad Sahroni, Eko Patrio, Uya Kuya, hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani, digeruduk dan dijarah. Meski menyasar simbol-simbol kekuasaan, aksi ini justru mengikis simpati dan mengalihkan fokus dari tuntutan utama: pencarian keadilan untuk Affan.

Seruan Gubernur: Aspirasi Ya, Perusakan Jangan!

Dalam konteks inilah, seruan Gubernur Pramono Anung menemukan relevansinya yang paling mendasar. Melalui Chico Hakim, ia menekankan pentingnya menyuarakan aspirasi “dalam koridor hukum, dengan aman, damai, dan tertib.”

Pesan ini mengandung dua poin krusial:

  1. Pengakuan atas Hak Konstitusional: Pemerintah tidak menafikan hak warga untuk berunjuk rasa. Demonstrasi adalah bagian dari demokrasi yang sehat dan dilindungi undang-undang.

  2. Panggilan untuk Tanggung Jawab Bersama: Hak itu beriringan dengan tanggung jawab untuk tidak melanggar hak orang lain. Merusak fasilitas umum adalah sebuah self-defeating action (aksi yang merugikan diri sendiri). “Sesungguhnya semua fasilitas umum adalah milik kita bersama,” tegas Chico. Ketika halte dibakar, yang dirugikan adalah sesama warga Jakarta. Ketika transportasi umum berhenti, ekonomi warga kecil yang paling terhambat.

Pesan yang sama juga ditujukan untuk melindungi hak properti pribadi, mengingatkan bahwa di balik rumah-rumah yang dijarah terdapat “sesama warga negara yang tentu harus kita jaga bersama.”

Gotong Royong: Semangat Jakarta untuk Bangkit Kembali

Di tengah kepilukan, selalu ada cahaya kemanusiaan yang menyala. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak hanya berpangku tangan. Pagi harinya, “pasukan pelangi” — sebutan untuk petugas kebersihan dari berbagai dinas — telah diterjunkan untuk melakukan kerja bakti besar-besaran. Mereka membersihkan jalan-jalan protokol seperti Gatot Subroto dan Sudirman dari sisa-sisa kerusuhan.

Yang paling menggugah adalah ajakan untuk bahu-membahu dan bergotong royong. Gubernur Anung tidak hanya memerintah, tetapi juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama membenahi kota yang mereka cintai. Ini adalah panggilan untuk mengubah energi kemarahan menjadi aksi positif, mengubah vandalisme menjadi voluntarisme.

“Semoga tidak ada lagi ekses negatif dari gelombang demonstrasi dan harapannya Jakarta semua fasilitas termasuk transportasi umum kembali pulih 100 persen,” tambah Chico, mewakili harapan seluruh warga ibukota yang mendambakan normalitas.

Refleksi Bersama: Demokrasi Bukan Anarki

Peristiwa pilu ini harus menjadi cermin bagi semua pihak. Bagi pemerintah dan aparat, penting untuk mendengarkan denyut nadi rakyat dengan lebih saksama, menangani protes dengan prosedur yang tepat, dan menuntaskan kasus-kasus yang memicu kemarahan publik dengan transparan dan adil.

Bagi masyarakat dan penyelenggara demonstrasi, penting diingat bahwa kekuatan sebuah aspirasi terletak pada moralitasnya. Aksi penjarahan dan pembakaran hanya akan mengaburkan pesan moral yang ingin disampaikan dan mempersulit perjuangan untuk mendapatkan simpati publik yang lebih luas.

Seperti pesan redaksi yang bijak: “Unjuk rasa dan demonstrasi merupakan hak konstitusional… Namun untuk kepentingan bersama, demonstrasi sebaiknya dilakukan secara damai tanpa adanya aksi penjarahan dan perusakan fasilitas publik.”

Keadilan untuk Affan Kurniawan harus ditegakkan. Namun, jalan menuju keadilan itu tidak boleh dengan menghancurkan kota yang kita tinggali bersama. Mari rawat Jakarta, jaga suasana kondusif, dan terus menyuarakan kebenaran dengan cara yang elegan, cerdas, dan bermartabat. Karena hanya dengan begitu, Jakarta benar-benar bisa bangkit dari dukanya.

Shoppe-Mall

No More Posts Available.

No more pages to load.